PILARJAMBI.COM | BATANGHARI – Bupati Batanghari, Jambi, Muhammad Fadhil Arief (MFA) ingin program SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment Program atau Program SMile berdampingan dengan petani swadaya.
MFA menyampaikan pernyataan ini dalam sambutannya sewaktu mengunjungi Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Selasa 11 Januari 2022. Disana dia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pertama dukungan sertifikasi keberlanjutan.
MoU Program SMile melibatkan PT Inti Indosawit Subur (IIS) unit bisnis di bawah naungan Asian Agri dan Perkumpulan Putra Tunggal Bukit Sangkilan. SMile merupakan gagasan tiga perusahaan terkemuka di industri kelapa sawit, Kao Corporation, Apical Group dan Asian Agri.
“Nota kesepahaman harus dipahami bersama. Jangan sampai setelah neken nota kesepahaman, tapi tidak saling paham. Pasti ada hak dan kewajiban dalam nota kesepahaman,” kata MFA melalui pengeras suara.
Menurut dia nota kesepahaman harus dipahami dengan baik agar timbul kerjasama yang baik. Petani harus hidup sejahtera serta punya kebun dengan hasil baik, sehingga hasilnya optimal.
“Kelapa sawit petani yang dijual harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Maka hadirlah program SMile untuk berdampingan dengan petani,” ujarnya.
Ayah empat anak ini berujar hasil kebun petani kelapa sawit tidak mungkin baik kalau cuma didampingi pihak perusahaan saja. Terpenting adalah niat petani bagaimana kebun mereka menjadi baik.
“Kebetulan di Batanghari, Tuhan sangat baik dengan orang Batanghari, termasuk dengan Bulian Jaya ini. Kita diberikan tanah subur, tapi kebaikan Tuhan ini harus kita syukuri bersama dengan cara pengelolaan secara baik,” katanya.
MFA secara tegas bilang bahwa Pemkab Batanghari akan mendorong habis-habisan program SMile karena 64,9 persen penduduk daerah ini sumber penghasilannya dari petani. Bahkan hampir semuanya petani kebun dan hampir lagi semuanya kebun kelapa sawit.
“Pondasi ekonomi Kabupaten Batanghari sangat ditunjang petani kelapa sawit. Dalam ilmu ekonomi, struktur ekonomi kita sangat baik. Tanda-tanda sewaktu krisis moneter 1998, kita tidak kolaps,” ujarnya.
Sewaktu krisis 2008 petani tetap eksis. Buktinya petani-petani makin banyak membeli sepeda motor. Kemudian terjadi pandemi Covid-19, disaat pertumbuhan ekonomi melambat hampir di seluruh belahan dunia, ekonomi petani cukup baik.
“Ternyata Tuhan membuat daerah-daerah yang berada di industri hulu siap menghadapi situasi ekonomi manapun. Hal alami yang di buat Tuhan tidak akan membuat kesejahteraan apabila kita tidak berusaha dan berdoa,” katanya.
MFA juga memberikan apresiasi kepada seluruh petani swadaya yang tergabung dalam program SMile berupa plakat kepada Ketua Perkumpulan Putra Tunggal Bukit Sangkilan.
“Saya apresiasi atas upaya para petani dalam mencapai program keberlanjutan Indonesia untuk mencapai sumber ketahanan pangan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Petani swadaya mendapat peralatan keselamatan berupa helm pengaman, sarung tangan, alat pemadam kebakaran dan lain-lain. Seiring transisi program ke fase kedua (2022 – 2027), kemajuan yang telah dicapai oleh para petani swadaya pada bawah fase pertama akan dipantau untuk persiapan audit mendatang.
“Serta dimulainya persiapan untuk sertifikasi RSPO bagi petani swadaya pada fase kedua,” ucapnya. (*)
Discussion about this post