PILARJAMBI.COM | JAMBI – Persoalan sampah yang kronis, jadi kemasan politik Pilwako Sungaipenuh. Debat Kandidat Cawako Sungaipenuh, Rabu (18/11/2020) malam di Swis Bell Hotel, Jambi bahwa sampah yang mengunung di Kota Sungaipenuh jadi trend dan viral. Bahkan, Paslon 01 Ahmadi Zubir menjadikan persoalan sampah untuk menohok Paslon 02.
Dalam sesi tanya jawab Ahmadi memfokuskan penanganan sampah sebagai penyakit kronis sehingga kota Sungaipenuh tidak sehat. Cawako Paslon 02 Fikar Azami mengelak bahwa dirinya bukan bagian dari pemerintah saat ini, tapi mengakui penanganan sampah menjadi problem serius. Bahkan Fikar membongkar data, sehari ada 57 ton sampah dihasilkan di Kota Sungaipenuh yang perlu ditangani.
Sampah berserakan di pusat perbelanjaan, pemukiman penduduk. Bahkan kawasan strategis Taman dengan Patung Pahlawan Sungaipenuh Mayjen H Athalib juga dipenuhi sampah.
Ditegaskan Ahmadi, Sungaipenuh kini Kota banjir, macet, krisis air bersih. Kota ini juga kumuh. Sampah dengan bau tak sedap betebaran dimana-mana. Kondisi ini terkesan tidak menghargai para pejuang yang sudah merintis kota ini. Termasuk pejuang yang sudah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kota ini.
Ahmadi mencontohkan tugu pejuang Mayjen A Thalib di jantung kota Sungaipenuh dibiarkan merana dan sampah berserakan. Terkesan kumuh sehingga tidak sehat.
“Bagaimana menghargai jasa pahlawan, tugu Mayajen A Thalib saja berserakan sampah,” kata Ahmadi Zubir menjawab tentang upaya menghargai jasa pahlawan.
Paslon yang diusung PPP-PDIP-Berkarya ini menyayangkan nasib kota ini kedepan ulah pemerintahan saat ini yang melegalkan kawasan steril sampah dan produktif sebagai kawasan pertanian Renah Kayu Embun (RKE) menjadi Pusat Pembuangan Akhir Sampah. Akibatnya, lingkungan tercemar dan tidak sehat.
“Renah Kayu Embun kedepan sebagai pusat pertanian, bukan tempat pembuangan akhir. Salah besar menjadikan RKE jadi lokasi pembuangan sampah,” kata Ahmadi Zubir yang tampil menohok.
Ahmadi juga mempertanyakan peran Fikar Azami Cawako 02 ikut andil melegalkan RKE jadi pusat pembuangan sampah. Saat itu Fikar jadi anggota dewan dan Ketua DPRD Kota Sungaipenuh mengapa sampai menyetujui lahan pertanian produtktif itu jadi pusat pembuangan sampah.
Fikar Azami tak kalah gesit menjawab. Menurutnya, sehari setelah kami dilantik jadi Walikota. Tempat Pembuangan Akhir di RKE langsung dipindahkan. “TPA di RKE akan kami tutup setelah sehari kami dilantik jadi Walikota,” KTA Fikar.
Menurutnya, KM 14 sudah disetujui sebagai Tempat Pembuangan Akhir. Tempat ini bisa kerjasama dengan Pemkab Kerinci.
Ahmadi langsung bereaksi. Penutupan RKE sebagai pusat sampah terlalu muluk. Satu hari setelah dilantik, langsung mau menutup RKE. Mau dikemanakan sampah yang 57 ton perhari ini,” papar Ahmadi.
Fikar kembali memaparkan bahwa dia berani bicara didepan publik sesuai data dan fakta. Ada bocoran DPRD dan Pemkot saat ini sudah mengeluarkan keputusan untuk menutup RKE.
Ahmadi menilai masalah sampah perlu penanganan serius. Tidak sekedar menutup TPA di RKE lalu membuka areal baru untuk TPA. Sampah yang menumpuk perlu ide, program kreatif dari pemimpin. Sehingga sampah tidak tertangani dalam jangka pendek, tapi untuk jangka panjang. “Kota Sungaipenuh harus bersih dan sehat,” katanya. (*/Die)
Discussion about this post