PILARJAMBI.COM | JAMBI – Setiap orang tua tentunya ingin anaknya bersekolah di sekolah negeri yang memiliki sistem pengajaran yang baik. Selain itu, fasilitas menjadi salah satu penilaian secara kasat mata. Tidak sedikit orang tua enggan menitipkan anaknya ke sekolah yang memiliki fasilitas yang tidak memadai.
Seperti yang disorot oleh anggota DPRD Kota Jambi pada terhadap meubelair (kursi dan meja) sekolah masih banyak yang tidak layak, khususnya sekolah dasar (SD). “Ini harus kita benahi segera, kalau seperti ini terus, akan kalah saing dengan sekolah-sekolah swasta. Kita tahu sekarang banyak sekolah negeri yang kekurangan murid dan harus dimerger,” kata Anggota Komisi IV DPRD Kota Jambi, Jasrul beberapa waktu lalu.
Menurut pengamatannya, kondisi meubelair sekolah dasar banyak yang bolong, goyang, bahkan ada yang ditambal. Sehingga hal itu menyebabkan anak-anak tidak nyaman belajar. “Kalau tidak nyaman, bagaimana mau menyerap pelajaran dengan baik, kalau tidak dianggarkan di murni tahun ini, kita minta nanti diperubahan bisa diusulkan. Kepala sekolah yang sekolahnya kekurangan meubelair bisa cepat melapor ke dinas pendidikan,” tegasnya.
Dia menyayangkan meubelair yang dibeli dari e-katalog (lelang, red) memiliki daya tahan yang kurang baik. “Kalau kualitasnya sama atau bahkan lebih baik, kita tunjuk langsung saja kita berikan kesempatan kepada pengrajin lokal di kota Jambi. Kita tidak ingin menganggarkan hal ini setiap tahun sehingga kita butuh kualitas yang bagus. Tahun ini ada anggarannya, tapi itu belum mencakup semua sekolah. Kalau saya lihat lebih bagus tempat duduk-duduk di taman,” katanya.
Terkait hal itu, Wakil wali kota Jambi, Maulana meminta kepada Dinas Pendidikan Kota Jambi untuk menghitung kebutuhan meubelair sekolah, termasuk yang terbakar di SDN 164 Kota Jambi tempo lalu. “Dinas Pendidikan harus menghitung secara keseluruhan kebutuhannya, karena terutama di sekolah dasar itu terjadi penurunan jumlah murid yang signifikan dari tahun ke tahun,” katanya.
Disebutkan Maulana, merger memang menjadi solusi. Namun langkah lain adalah sekolah-sekolah harus mampu berinovasi dan bersaing dengan sekolah lain dan bersinergi dengan keinginan masyarakat.
“Sekarang itu masyarakat lebih senang Kalau anak-anaknya sekolah di sekolah umum sekaligus mendapat pendidikan agama dan full day. Kedepan kita harap dengan adanya guru tahfidz bisa bersaing. Di sisi lain kita melihat bahwa sekolah-sekolah swasta ada yang sampai menolak menolak murid. Sementara di sisi lain Sekolah Dasar milik pemerintah justru kekurangan murid. Ini sesuatu yang harus kita cermati,” katanya. (**)
Discussion about this post