PILARJAMBI.COM | JAKARTA – Tingginya kejahatan siber yang menjadikan Indonesia sebagai target, menjadikan perhatian khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), termasuk Candiru, software spyware buatan Israel.
“Temuan tersebut selalu dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk di antaranya Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN),” kata Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi dalam siaran pers, dikutip pada Selasa (20/7/2021).
Ia mengatakan, peraturan perundang-undangan mengamanatkan agar pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan informasi dan transaksi elektronik.
Amanat tersebut dilaksanakan melalui edukasi dan literasi masyarakat lewat Gerakan Nasional Literasi Digital Nasional Siberkreasi Kementerian Kominfo.
Program ini menargetkan 12,4 juta masyarakat yang tersebar di 514 kabupaten dan kota pada 34 provinsi setiap tahunnya.
Sehingga pada 2024, total akumulasi 50 juta masyarakat sudah mendapatkan literasi.
“Tujuannya adalah agar mampu meningkatkan ketahanan terhadap ancaman negatif internet, salah satunya ancaman keamanan siber,” tambah Dedy.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk terus menjaga keamanan gawai dan data pribadi dengan terus memperbarui password secara berkala.
Kemudian, memasang fitur Multi-Factor Authentication pada aplikasi, memastikan perangkat memiliki fitur keamanan yang terbaru, serta berhati-hati dalam mengakses suatu konten.
“Jika ditemukan konten-konten negatif termasuk yang berpotensi mengancam keamanan siber, masyarakat dapat melakukan pelaporan melalui kanal aduankonten.id atau kanal lain yang telah disediakan,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan sebanyak 100 aktivis, jurnalis, dan oposisi pemerintah yang tersebar di 10 negara dilaporkan menjadi sasaran spyware, salah satunya Indonesia.
Hal ini diungkap oleh peneliti keamanan siber dari Citizen Lab di Universitas Toronto, Kanada.
Disebutkan bahwa spyware atau perangkat pengintai ini dibuat software bernama Candiru yang diproduksi oleh perusahaan asal Israel.
Para peneliti mengatakan, Candiru memanfaatkan celah kerentanan yang ada di Windows.
Operasi siber ini dilakukan di Arab Saudi, Israel, Hungaria, Indonesia, dan tempat lain yang membeli dan menginstal software mata-mata jarak jauh yang dibuat oleh Candiru.
“Alat itu digunakan dalam serangan presisi terhadap komputer target, telepon, infrastruktur jaringan, dan perangkat yang terhubung ke internet,” kata Cristin Goodwin, General Manager of Digital Security Unit Microsoft, dikutip dari Bloomberg, Jumat (16/7/2021).
Sumber: suara.com
Discussion about this post