PILARJAMBI.COM | JAKARTA – Saat para atlet naik podium untuk menerima medali yang mereka menangkan, tidak hanya para atlet yang bangga, melainkan juga orang-orang di balik Proyek Medali Tokyo. Untuk pertama kalinya medali-medali itu dibuat dari hasil daur ulang peralatan elektronik lama seperti smartphone dan laptop.
“Kampanye ini meminta masyarakat menyumbangkan perangkat elektronik tua mereka untuk proyek tersebut,” jelas juru bicara Olimpiaden Tokyo Hitomi Kamizawa kepada DW. “Kami berterima kasih atas kerja sama semua orang.”
Di dalam berbagai perangkat elektronik masa kini memang ada logam mulia bernilai miliaran, seperti emas dan perak. Namun, karena harga peralatan itu makin lama murah, banyak orang membuang begitu saja perangkat lama mereka. Kalau barang-barang ini dikumpulkan dan didaur-ulang dengan benar, bahan-bahan berharga itu masih bisa digunakan.
Rantai pasokan daur ulang
Selama dua tahun, Proyek Medali Tokyo mengumpulkan cukup bahan untuk didaur ulang menjadi sekitar 5.000 medali perunggu, perak, dan emas yang akan dibagikan kepada para pemenang di ajang Olimpiade Tokyo. Hingga 90% kota dan desa di Jepang yang berpartisipasi dalam proyek ini, dengan mendirikan tempat-tempat pengumpulan peralatan elektronik bekas. Ratusan ribu warga Jepang menyumbangkan perangkat elektronik lama yang tidak mereka pakai lagi.
Secara keseluruhan, kampanye daur ulang menghasilkan sekitar 32 kilogram emas, 3.750 kg perak dan lebih dari 2.400 kg perunggu. Barang yang dikumpulkan seluruhnya berbobot hampir 80 ton, kata Hitomi Kamizawa.
Salah satu perusahaan utama yang terlibat adalah Renet Japan Group yang filosofi bisnisnya berkisar pada keberlanjutan. “Kami mengembangkan gerakan pengelolaan limbah untuk proyek medali dengan kerja sama dari banyak pemangku kepentingan, dari pemerintah Jepang hingga masyarakat lokal,” kata Direktur Renet Japan Group Toshio Kamakura kepada DW.
Ketika proyek itu diluncurkan pada April 2017, hanya ada sekitar 600 kota yang ikut serta. Pada akhir proyek pada Maret 2019, sudah lebih 1.600 kota yang berpartisipasi. Pengelola memang menggalang promosi besar-besaran dan membuka banyak sekali titik pengumpulan untuk memudahkan orang-orang berkontribusi, kata Toshio Kamakura.
Mengumpulkan perangkat elektronik bekas hanyalah langkah pertama. Setelah proses pembongkaran barang-barang itu, ada proses ekstraksi dan pemurnian oleh kontraktor, bahan daur ulang kemudian dicetak ke dalam konsep desain yang diciptakan Junichi Kawnishi – pemenang kompetisi desain tes yang mengalahkan 400 kontestan lainnya.
Proyek percontohan untuk masa depan
Jepang akan menjadi negara pertama yang mengeluarkan seluruh medali Olimpiade yang terbuat dari bahan daur ulang. Konsepnya sudah dimulai di Olimpiade Rio 2016, di mana 30% dari medali emas dan perak diperoleh dari bahan daur ulang. Menyongsong Olimpiade Paris tahun 2024, proyek daur ulang medali ini akan dilanjutkan.
Di seluruh dunia pada tahun 2019 ada sekitar 53,6 juta ton sampah elektronik, atau rata-rata sekitar 7,3 kilogram untuk setiap penduduk dunia. Sampah sebanyak itu bisa memenuhi 350 kapal pesiar terbesar yang ada saat ini, kata PBB.
Limbah elektronik meningkat pesat seiring tingginya permintaan untuk gadget elektronik, yang sebagian besar diproduksi untuk siklus hidup yang pendek. Karena itu, ponsel atau tablet yang rusak jarang diperbaiki. Dari limbah sebanyak itu, baru sekitar seperlimanya yang didaur ulang.
Sumber: detik.com
Discussion about this post