PILARJAMBI.COM | TANJAB BARAT – Bertajuk “Menjadi Pejuang Anti Kabar Bohong (Hoaks)”, Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Tanjungjabung (Tanjab) Barat seri 7 sukses dilaksanakan, Jumat (23/07/21).
Menyasarkan pada generasi milenial, akademisi serta tenaga pendidik, webinar ini memberikan materinya secara virtual dari Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.
Narasumber tersebut yakni:
- Rizki Hesananda, S.Kom, M.Kom (Lecture dan Programmer)
- Harry Sanjaya S.Sos M.Si (Kepala Seksi Pelayanan Informasi Publik Diskominfotik)
- Guntur Saputro, S.I.K., M.H. (Kapolres Tanjung Jabung Barat)
- Dr. Said Fariq, SH, MH (Widyaiswara Provinsi Jambi, Master Hypno Public Speaking, Traineer, Presenter TVRI)
Selanjutnya Leon Ray Legoh (owner @rmlegoh) bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya.
Pada Sesi pertama, Rizki Hesananda menyampaikan materi Bersama Lawan Hoaks.
Ia mengatakan, munculnya Fenomena hoaks saat ini sudah menggangu keamanan dan stabilitas nasional. Hoaks menjadi cara untuk mencari perhatian public yang sifatnya sensasional.
“Topik opini yang sering diangkat menjadi berita palsu yaitu politik, sara dan kesehatan apalagi di masa pandemic saat ini,” ujarnya.
Disampaikannya, menggunakan media sosial dengan cerdas, harus paham dengan Undang-undang ITE, harus berfikir sebelum posting, harus berpikir sebelum share sesuatu, harus cek isi dan tabayun, kemudian bisa gunakan fact checking.
Giliran pembicara kedua, Harry Sanjaya mengenalkan Dunia Nyata vs Dunia Digital.
Dijelaskannya, dunia digital sudah menjadi dunia nyata kedua bagi kita. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sosial media, di sosial media kita mungkin mengenal banyak orang namun kita tidak kenal secara baik dengan orang tersebut, hal ini menyebabkan mudahnya menyebarkan hoaks.
“Agar bisa terhindar dari hoaks perlu pendekatan wawasan kebangsaan, memahami dan menerapkan digital culture, literasi digital, menumbuhkan transparansi, meningkatkan kolaborasi, menawarkan digital training. Jangan ragu untuk menerapkan ide baru,” paparnya.
Tampil sebagai pembicara ketiga, Guntur Saputro, S.I.K., M.H membahas tentang Etika Digital dan Penanganan Hoax.
Menurutnya, Etika dalam dunia digital sebenarnya tidak ada format bakunya, sebenarnya kita mempunyai adat istiadat dalam berkehidupan. Seandainya diterapkan dalam dunia digital pasti akan berjalan dengan baik.
“Polri sendiri sudah melakukan langkah-angkah dalam memerangi berita bohong atau hoaks. Upaya yang dilakukan meliputi pencegahan dengan gerakan literasi digital hingga penegakan hukum. Selain itu Polri terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSn ) untuk menghentikan dan memblokir akun-akun yang memproduksi dan menyebarkan hoaks,” jelas Guntur.
Pembicara keempat, Dr. Said Pariq, SH, MH menjelaskan materi tentang Meningkatkan Kecakapan Digital Secara Profesional.
Ia mengatakan, dimasa pandemi saat ini semua orang dituntut untuk memahami dunia digital. Seringnya masyarakat berkomunikasi di media sosial terkadang membuat mereka kebablasan dalam penyebaran berita hoaks. Berusahalah untuk saring dulu sebelum sharing informasi.
“Namun pada kenyataannya Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif, bukan produktif,” ujarnya.
Sementara itu, Legoh yang berprofesi owner RM Legoh sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menceritakan sedikit kesibukan dan aktifitas beliau pada saat ini. Sekarang ini sibuk mengurusi sosial media dan pembuatan konten untuk menunjang kegiatan usaha beliau. Disaat pandemi sekarang ini dan adanya PPKM darurat, dunia digital terasa bermanfaat sekali dalam memasarkan usahanya.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber lewat kolom chat.
Ada 10 penanya kepada masing-masing narasumber yang mendapat doorprize berupa e-money. Sementara 4 penanya terpilih diberi kesempatan bertanya secara langsung kepada narasumber.
Muhammad Gilang Ramadhan salah satu dari 10 peserta yang mendapat doorprize menanyakan apa upaya pemerintah dalam menyikapi kasus-kasus penyebaran berita hoaks?
Dijawab Kapolres Guntur Saputro, S.I.K., M.H. Ia mengatakan jawabannya adalah kegiatan literasi digital ini sendiri adalah bagian dari upaya pemerintah untuk memberi pemahaman pada masyarakat mengenai berita bohong.
“Sebagai anak muda harusnya sudah berkontribusi dalam kegiatan ini. Saya berharap semoga anak-anak muda yang lain bisa mengikutinya. Dan saya mengajak seluruh elemen masyarakat, mari kita berbuat kebaikan, jangan sembarangan menyebarkan berita bohong,” pungkasnya.
Discussion about this post