PILARJAMBI.COM | KUALATUNGKAL – Keanekaragaman seni dan budaya yang ada di Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjab Barat) menjadi nilai tersendiri bagi masyarakat setempat, sehingga pertahanan dan kelestariannya terus dijaga dengan berbagai cara.
Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih ada di Tanjab Barat dan terus dipraktekkan adalah Ritual Nyelamat Parit. Ritual tersebut terdapat di Desa Tungkal 1, Pangkalbabu, Kecamatan Tungkal Ilir.
Ritual Nyelamat Parit tersaji dalam bentuk pertunjukkan memanjatkan Do’a dan Sholawat yang diiringi dengan pemukulan kompang sebanyak tujuh kali serta menghidangkan 49 jenis masakan, termasuk ayam engkong, bubur merah putih, ketan kuning, telur bulat dan kuliner kambing.
Keunikan dari konsep ritual tersebut menjadi ide utama dalam penyelenggaraan “Festival Nyimah Parit” yang berbasis warga pendayagunaan ruang publik dengan mengusung tema “Jembatan Identitas” sebagai bentuk pertahanan budaya.
Festival tersebut merupakan agenda kerja sama antara Yayasan Pendidikan Kuntala Chambers Tanjab Barat dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI) melalui Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK).
Rangkaian kegiatan “Festival Nyimah Parit” telah berlangsung sejak tanggal 30 September hingga 30 oktober 2021.
Kegiatan ini sebahagian besar diselenggarakan secara online dengan menghasilkan produk:
• Video dokumenter
• Video Tour mangrove
• Video Karya magrove
• Video karya utama
• Webinar & Workshop
Kemudian, acara penutupan diselenggarakan pada Sabtu (31/10/2021) sekitar pukul 20.30 sampai pukul 22.00 wib yang bertempat di Caffee Nia Oto Nia, Jalan Kapten Piere Tendean (Bengkinang Ujung).
Selain panitia, manajemen, pengkarya, acara penutupan juga dihadiri oleh seniman dan budayawan Tanjab Barat, seperti Indra Gunawan (Cik Indra/budayawan) dan Pak Nanang seniman senior dibidang Teater.
Turut hadir pula beberapa perwakilan dari Organisasi Kepemudaan (OKP), seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan beberapa warga Pangkalbabu.
Acara tersebut mendapat respon dan sambutan yang baik oleh pengunjung serta tamu udangan yang hadir. Selain itu, terlihat antusias para seniman muda dalam menyukseskan acara penutupan pada malam itu.
Pimpinan produksi (Pimpro) Festival ‘Nyimah Parit’ Berharap Ada Jejak Seni Dan Budaya Dalam Bentuk Teks
Dwi Asti Wulanjani, S.Sn selaku Pimpinan Produksi Festival Nyimah Parit mengatakan bahwa persiapan festival dilakukan sejak bulan maret lalu, dan terjadi banyak rintangan, tapi satu persatu dapat diselesaikan hingga acara penutupan.
Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa seniman harus tetap berkarya, karena untuk menjaga identitas budaya.
“Orang-orang seperti kami akan terus berkarya, karena jika tidak ada terobosan seperti ini, maka daerah kita bisa jadi kedepan krisis identitas tentang budaya,”tutur Wulan.
Kemudian, ia juga berharap kedepannya bisa tersedia karya dalam bentuk tulisan tentang sejarah kebudayaan di Tanjab Barat, agar dapat diturunkan pada generasi berikutnya.
Lebih lanjut, Wulan menyayangkan kurangnya peran pemerintah dalam kegiatan “Festival Nyimah Parit”. Ia berasumsi bahwa hal itu disebabkan karena tidak adanya seniman yang berada pada lembaga Eksekutif maupun Legeslatif.
“Kemingkinan besar, orang-orang kita tidak ada masuk dalam wilayah siklus politik, maka sedikit susah untuk masuk sebagai yang berperan dalam acara ini,”sebut pimpro Festival.
Meski kecewa dengan sikap Pemda, Wulan mengaku tidak ingin banyak memikirkan hal tersebut.
“Buktinya, tanpa ada bantuan dari Pemda setempat, bisa membuat kegiatan ini berskala nasional,”cetusnya.
Wanita penggiat kesenian itu mengungkapkan melalui program FBK Yayasan Pendidikan Kuntala Chambers mendapat kesempatan untuk menjembatani masyarakat dan para seniman serta budayawan.
Sementara itu, Riwan Gahardika, S.Sn selaku panitia penyelenggara acara penutupan menerangkan, penyelenggaraan acara festival tersebut merupakan salah satu cita-cita yang diharapkan.
“Ini jawaban yang diimpikan selama ni, karena sebelumnya kita selalu terbentur dengan kebijakan lokal setiap membuat kegiatan,”ucap Riwan.
Disisi lain, menurut Ketua Yayasan Pendidikan Kuntala Chambers, Muhammad Irvan atau yang akrab disapa Galang menjelaskan, bahwa kegiatan Festival Nyiman Parit ini bisa mendobrak kepercayaan instansi atau lembaga di daerah dan nasional. (*/Mam)
Discussion about this post