PILARJAMBI.COM | JAMBI – Kenaikan harga kedelai dalam beberapa waktu terakhir diperkirakan masih akan terjadi hingga bulan suci ramadhan. Bahkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperdiksi harga kedelai akan terus mengalami hingga jelang lebarang mengikuti harga internasional.
“90 persen lebih kebutuhan kedelai nasional dipenuhi oleh kebutuhan impor. Sedangkan harga kedelai di pas global terus melesat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir,” ujar Oke Nirwan, Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, dalam diskusi daring yang diikuti pilarjambi.com, Jum’at (18/03/2022).
Menurut Oke, kenaikan kedelai sejak pandemi mencapai 92 persen atau US$617 per ton, padahal sebelumnya awal Januari 2020 hanya sekitar US$345 per ton.
“Meskipun harganya tinggi namun Kemendag sudah mengupayakan agar pengrajin tahu tempe dapat terus mendapatkan pasokan bahan baku kedelai,” papar Oke.
Oke menjelaskan bahwa saat ini setidaknya ada 150 ribu lebih pengrajin tahu tempe yang bergantung pada pasoka kedelai, dan melihat harga kedelai di pasar global tentunya harga bahan baku ini akan terus terkoreksi.
“Beberapa waktu lalu Kemendag sudah bicara pada importir, bahkan karena tingginya harga global ada importir yang mau menghentikan importasinya. Namun, sekali lagi kami telah berupaya meyakinkan importir untuk menjaga ketersediaan pasokan,” ujarnya.
Adapun untuk membantu keberlangsungan usaha pengrajin tahun tempe tambah Oke, pemerintah telah melakukan komunikasi publik, edukasi masyarakat, dan menyiapkan skema subsidi harga kedelai.
“Pasti ada upaya intervensi dari pemerintah dengan membantu selisih harga dan memberi tingkat daya beli di pengrajin sekitar Rp11.000 per kilogram,” ujar Oke. (Peha)
Discussion about this post