PILARJAMBI.COM | JAMBI – Saat berada di Kualatungkal, Kabupaten Tanjungjabung Barat, anggota DPRD Provinsi Jambi, Rendra menyempatkan diri nongkrong di Kopi Kombi di alun-alun kota.
Tongkrongan baru anak muda Kualatungkal ini membuat dirinya tertarik karena Kopi Kombi memiliki konsep unik dan kreatif, yakni dengan menggunakan mobil VW Klasik sebagai ruang racik kopi.
Dengan ide kreatif pemilik kopi yang memanfaatkan kendaraan sebagai ikonik cafe-nya, Rendra mengatakan anak muda terdapat 3 aset berharga, yakni Kreativitas, Kekayaan Intelektual dan Kemampuan Kewirausahaan.
“Pertama adalah kreativitas. Pemuda memiliki pemikiran muda yang sangat inovatif untuk mengatasi masalah, terutama dalam permasalahan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan berkelanjutan?” Jelas Rendra.
Selanjutnya yang kedua adalah kekayaan intelektual yang menjadi pembentuk nilai kreasi. “Aset ketiga adalah kemampuan kewirausahaan yang ditandai dengan keberanian mengambil risiko dan proaktif,” tegasnya.
Untuk mewujudkan semuanya itu, Rendra mengatakan pentingnya sinergi, peran, dan kontribusi para pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta, organisasi, masyarakat, dan pihak lain.
Di tengah persaingan yang semakin kompleks dan persaingan ekonomi global, Rendra menyampaikan dalam menghadapinya, kreativitas menjadi sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Dunia wirausaha/bisnis memerlukan sumber daya manusia kreatif dan inovatif.
“Sering terjadi orang yang tidak berpendidikan tinggi berhasil dalam berwirausaha, namun orang yang berpendidikan dan berwawasan luas diharapkan bisa lebih kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Dengan adanya Kopi Kombi ini, Rendra berharap bisa memberikan motivasi sekaligus semangat bagi generasi muda untuk berwirausaha.
Sementara itu Rudi pemilik usaha mengatakan usaha kopi Kombi ini tak semulus yang dibayangkan. Ada tantangan yang muncul seperti masalah tempat dan plagiarisme.
Mengenai tempat, anak muda ini berujar, di beberapa spot untuk berjualan, tak menutup kemungkinan akan ada interferensi dari pihak instansi terkait.
“Di sini , segala sesuatu dilihat agak aneh, segala sesuatu dipandang sebelah mata. Kami suka dibilang mirip Warung Tegal (warteg) dan pedagang kaki lima, padahal sebenarnya kami adalah pengusahaan yang memiliki konsep,” jelas Rudi.
Rudi berharap pemerintah dapat melihat ini sebagai perkembangan dan kemajuan pola untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat. (**/Alpin.R)
Discussion about this post