PILARJAMBI.COM | SAROLANGUN – Dua tahun lamanya masyarakat Kabupaten Sarolangun tanpa kegiatan Pacu Perahu. Padahal sebagai masyarakat Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko, kegiatan ini sudah menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan sejak puluhan tahun lalu.
Namun akibat kondisi Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda dunia hampir tiga tahun terakhir, membuat event budaya yang lebih dikenal dengan sebutan Festival Beatrix ini ikut terkena dampak dan terhenti selama dua edisi terkahir, yakni tahun 2020-2021.
Setelah dua edisi terlewatkan, sebagian besar masyarakat hingga sesepuh di Sarolangun berharap pada tahun ini, kegiatan pacu perahu bisa kembali dilaksanakan oleh pemerintah, baik di tingkat desa/kelurahan, kecamatan hingga kabupaten. Tujuannya yakni untuk memompa kembali semangat gotong royong serta menjaga kelestarian salah satu budaya masyarakat Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko.
Datuk Anjang Suud, salah satu sesepuh dan tokoh masyarakat Kabupaten Sarolangun menuturkan, jika pacu perahu atau yang biasa disebut Balumbo Biduk bukan hanya sebatas tradisi turun temurun dari nenek moyang terdahulu, namun juga menjelma menjadi identitas diri dan daerah yang wajib dilestarikan.
“Balumbo Biduk ini sangat penting bagi masyarakat Sarolangun. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengenang sejarah nenek moyang terdahulu. Dimana sungai dan biduk menjadi elemen penting bagi masyarakat dulu bahkan hingga saat ini,” ungkap Datuk Anjang Suud saat dikonfirmasi di Kediamannya, Kecamatan Sarolangun, Minggu (17/04/22).
“Jadi ini tidak sebatas hiburan rakyat atau sebatas perayaan Idul Fitri. Tapi kegiatan ini sudah menjadi bagian dari sejarah hidup masyarakat Sarolangun. Tradisi menggunakan biduk sudah mengakar pada maayarakat sejak ratusan tahun lalu. Karena memang kehidupan masyarakat Sarolangun bermula di pinggiran Sungai Tembesi,” sambung Datuk.
Menurut Datuk, sejak dulu masyarakat Sarolangun sudah akrab dengan sungai. Ini lantaran hampir seluruh mobilitas masyarakat Sarolangun pada saat itu dilakukan di sungai. Khususnya bidang perekonomian dan transportasi.
“Hal ini berlangsung hingga tahun 90-an. Jadi, dulu kalau orang datang ke kampung-kampung di Sarolangun, banyak ditemukan biduk-biduk kecil tersusun di sepanjang pinggiran sungai. Hampir setiap rumah punya satu biduk,” tuturnya.
Akibat cepatnya ekspansi modernisasi, penggunaan biduk mulai berkurang dan bahkan hanya sebagian kecil masyarakat yang masih menggunakannya. Itupun bagi mereka yang berprofesi sebagai nelayan dan penyedia jasa transportasi untuk wilayah-wilayah terpencil yang belum terjamah akses darat.
“Jadi, sungai dan biduk ini memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan Sarolangun saat ini. Untuk itu, kegiatan Balumbo Biduk ini menjadi hal penting untuk dilestarikan. Bukan hanya sebatas mengingatkan kita pada sejarah masa lampau, namun juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga sungai demi kelangsungan hidup mendatang, terutama bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya,” tegas Datuk Anjang Suud.
“Dengan kegiatan ini, orang-orang akan melihat secara langsung keberagaman yang ditampilkan para peserta. Mulai dari baju adat khas masing-masing desa, bentuk biduk, corak dan lainnya. Bahkan secara tidak langsung orang-orang akan melihat bagaimana kondisi sungai kita saat ini yang sudah mengalami kerusakan akibat ulah kita sendiri. Dan ini merupakan tanggung jawab moral kita semua terhadap leluhur dan generasi yang akan datang,” jelas Datuk.
Kendati mendapat desakan dari berbagai kalangan hingga tokoh-tokoh masyarakat, Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) mengaku, jika agenda pacu perahu untuk edisi tahun 2022 ini kembali tidak dilaksanakan.
“Tidak dilaksanakan karena anggaran kita terbatas. Selain persoalan itu, kondisi sungai yang dangkal juga kendala lainnya,” kata Kepala Disparpora Sarolangun, Kasiyadi, Jumat (13/4).
Saat ditanya apakah ada kemungkinan menggaet sponsor dari pihak swasta yang sifatnya tidak mengikat untuk mengakali persoalan keterbatasan anggaran, pria yang akrab disapa Cak Kas ini mengaku tak punya relasi untuk melaksanakan hal tersebut.
“Kito nak mintak duit ke sponsor itu dak punyo relasi dengan perusahaan pak,” tegasnya.
Menanggapi hal ini, Andry Budiman, salah satu tokoh pemuda di Sarolangun angkat suara. Kata dia, dalam upaya pemulihan ekonomi masyarakat, agenda pacu perahu menjadi salah satu langkah tepat yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah.
“Sangat kita sayangkan agenda ini tidak dilaksanakan lagi. Padahal pacu perahu ini merupakan kegiatan turun temurun yang selalu dilaksanakan saat perayaan Idul Fitri. Jadi bagi masyarakat, acara ini pertanda bahwa Idul Fitri sudah selesai,” ungkapnya, Minggu (17/4).
“Setiap tahunnya, pelaksanaan Festival Beatrix ini selalu menjadi tontonan menarik bagi masyarakat. Ada ribuan orang yang datang untuk menyaksikan kegiatan ini, bahkan dari luar daerah. Tentu ini menjadi dampak positif bagi kita. Tidak hanya nilai sejarah yang terangkat, tapi ada banyak pedagang-pedagang kecil, UMKM hingga tukang parkir yang turut merasakan manfaatnya. Akhirnya ini membuka peluang bisnis untuk mendongkrak peningkatan ekonomi disaat upaya pemerintah menstabilkan kembali ekonomi daerah,” paparnya.
Lanjut Andry, persoalan keterbatasan anggaran mestinya tidak menjadi alasan untuk tidak dilaksanakan kegiatan ini. Mengingat ada begitu banyak solusi yang bisa ditawarkan jika pemerintah membuka ruang diskusi dengan seluruh elemen masyarakat dan pemuda.
“Jadi kalau kendala sungainya dangkal, Sarolangun ini merupakan wilayah yang dikelilingi oleh sungai, ada banyak tempat yang bisa dimanfaatkan. Kemudian masalah anggaran, kita tidak tutup mata kalau Sarolangun ada begitu banyak perusahaan yang bisa kita ajak dan tawarkan kerjasama. Kalau Pemkab tidak mampu dan tidak mau mengadakan kegiatan ini, tidak ada salahnya menyerahkan kepada kelompok-kelompok kepemudaan di Sarolangun,” tegasnya.
“Kami berharap pemerintah mengkaji ulang keputusan ini. Karena melalui kegiatan ini juga lahir atlet-atlet berprestasi,” harapnya.
Untuk informasi, Tim Dayung Sarolangun pernah tiga kali ikut berpartisipasi di kancah internasional. Bahkan diantaranya pernah meraih Dragon Boad Race dengan menundukkan Tim Police De Raja Malaysia di Tanjung Pinang, Riau Tahun 2015. Kemudian mengalahkan Tim Myanmar di Sumatera Barat Tahun 2013 dan 2014. (rin)
Discussion about this post