PILARJAMBI.COM | KOTA JAMBI – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talang Gulo Kota Jambi saat ini telah ditutup oleh pemerintah Kota Jambi, karena sudah overload. Penutupan sampah-sampah itu dilakukan dengan menggunakan tanah.
“TPA yang lama itu setiap tahun kita angsur-angsur untuk ditutup, lalu dibawahnya ini akan kita pasang pipa untuk menagkap gas metan. Gas ini yang akan kita maksimalkan untuk dimanfaatkan,” kata Wali Kota Jambi, Syarif Fasha, Rabu (20/04/22).
Dia menambahkan, saat ini sudah ada sekitar 132 KK yang berada di sekitar TPA lama yang telah menikmati adanya gas metan tersebut. Sehingga, masyarakat tak perlu lagi membeli gas dari luar. “Gas itu gratis, kedepan akan kita maksimalkan lagi. Gas ini akan kita konversi menjadi energi listrik. Sehingga operasional TPA yang baru ini tak lagi mengandalkan listrik dari luar, APBD juga tak perlu lagi kita anggarkan,” tambahnya.
Kata Fasha, TPA lama juga direncanakan akan dijadikan taman edukasi bagi masyarakat, khususnya anak sekolah. “Jadi sudah banyak anak-anak sekolah yang datang kesana untuk melihat bagaimana sampah-sampah ini diolah,” ujarnya.
Fasha mengatakan, saat ini Pemerintah Kota Jambi telah melakukan pengalihan sampah dari TPA lama ke TPA baru. TPA baru dengan sitem sanitary landfill memang sudah rampung dibangun, dan tinggal uji Commissioning dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi Ardi mengatakan, TPA lama sudah tidak di operasionalkan lagi, tapi dalam proses penutupan.
Kata Ardi, pihaknya akan melakukan efesiensi teknologi untuk penutupan TPA lama tersebut. Teknis penutupan, bisa memakan biaya Rp45 Miliar dengan teknologi yang dikembangkan dari eropa.
“Kita berupaya mengembangkan teknologi berbasiskan lokal. Sehingga pemanfaatan gas metan dari penutupan itu bisa berjalan baik. Bisa juga nanti dikembangngkan jadi elektrik, menjadi energi untuk listrik. Itu yang kita lakukan saat ini,” tutupnya.
Sementara Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kota Jambi, Momon Sukmana mengatakan bahwa penutupan TPA tersebut dilakukan secara bertahap di mana tahun 2021 lalu dianggarkan sebesar Rp500 juta. Penutupan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2020 lalu.
“Setiap tahun itu kita timbun sekitar 1.000 kubik tanah. Untuk teknik penimbunan, Kami selalu berkoordinasi dengan dinas lingkungan hidup (DLH) bagian mana saja yang mesti ditutup dan yang tidak perlu,” tambahnya. (**)
Discussion about this post