DALAM sudut pandang ” Politik Pencitraan ” tak banyak jejak rekam yang bisa diselusuri dari perjalanan seorang Fachrori Umar, tidak di ranah publik seperti media sosial, apalagi dalam tataran kebijakan dan program.
Meski demikian dalam memori kolektif masyarakat beliau tetap punya posisi tersendiri, sesuatu yang dimaklumi, karena beliau seorang Gubernur dan pernah menjadi wakil Gubernur saat HBA dan Zumi Zola menjadi Gubernur Jambi.
Pencitraan di era pilkada langsung dinilai suatu keniscayaan, karena orang berkeyakinan persepsi itu dibentuk, di injeksi agar orang percaya, tapi Fachrori tetaplah Fachrori, pemimpin yang bersahaja, ulama yang lurus dengan kerja dan doa.
Dalam aktivitas politiknya nyaris tak ada aksi panggung yang menjurus pencitraan, meski kesan sederhana begitu kuat dalam pribadinya, tapi Fachrori tak pernah dicitrakan untuk tampil sederhana dan merakyat, karena ia memang bukan pemimpin yang hebat dalam banyak pose dan gaya, ia mengalir apa adanya, tanpa polesan atau akrobat politik yang disengaja.
Selaku orang tua Fachrori juga tak begitu lekat dengan media sosial, katakanlah platform yang sejuta umat sekalipun, seperti Facebook, Instagram ataupun WhatsApp. Dalam hal ini Fachrori insan biasa yang besar dengan kerendahan hati, ketenangan dan prestasi, bukan konten media yang tak berisi.
Selanjutnya pilihan tagline kampanye mantan hakim tinggi pengadilan agama ini juga jauh dari cetar membahana ataupun propaganda. Jika orang sibuk menyingkat akronim namanya sebagai tagline, Fachrori justru tawadhu dengan kata Berkah, sebuah kata yang indah sarat makna, sesuai dengan karakter nilai Fachrori sendiri.
Terkait dengan kata berkah, banyak makna dari kata berkah, salah satu makna berkah adalah bertambahnya kebaikan. Sesuatu yang apabila dipergunakan lalu membawa banyak manfaat, mendorong kita berbuat baik, menenangkan hati dan membuat kita semakin bersyukur kepada Allah maka ia adalah perkara berkah
Namun bila sebaliknya, apa yang telah kita pergunakan lalu mendatangkan masalah, menjadi malas berbuat kebaikan, membuat hati resah dan keras, serta kufur nikmat Allah maka pasti tiada keberkahan dalam perkara tersebut.
Keberkahan bagi Putra asli Babeko Bungo ini tidak hanya untuk perkara makanan, pekerjaan, ilmu, akan tetapi juga bisa dalam hal pasangan, keturunan (anak) bahkan pemimpin. Sekarang bagaimana cara agar Allah melimpahkan keberkahanNya, mari kita simak surat cintaNya dalam Al Qur’an berikut:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..” (QS Al A’raf ayat 96)
Berdasarkan kutipan ayat di atas, kuncinya adalah beriman dan bertaqwa maka Allah akan limpahkan keberkahan. Sosok yang menjadi pusat perhatian dari sebuah bangsa tentu saja sang pemimpin. Jika seorang pemimpin beriman dan bertaqwa, maka kemungkinan besar rakyatnya juga pasti beriman dan bertaqwa. Mengapa? Sebagaimana peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” seperti itu pula posisi pemimpin dengan rakyatnya. Seorang pemimpin harus menjadi sosok yang memberi tauladan bagi rakyatnya, ungkapnya di banyak kesempatan.
Karena bagi bang Fuk sebagaimana akrab ia di sapa, seorang pemimpin yang beriman dan bertaqwa tentu hanya takut kepada Allah. Dia akan sangat berhati-hati dalam bertutur maupun bertindak. Jangankan berbohong di hadapan khalayak ramai, bermaksiat dalam kesendirian pun tidak akan terjadi apabila sang pemimpin memiliki keimanan yang kuat dan rasa takut yang teramat besar kepada Allah SWT.
Insya Allah pada Pilgub kali ini pasangan Fachrori – Syafril mampu membawa keberkahan bagi masyarakat, pemimpin yang dibutuhkan provinsi Jambi. Aamiin. Semoga!
*Penulis adalah Direktur Media Center FU – SN
Discussion about this post