PILARJAMBI.COM | JAMBI – Upaya pengendalian inflasi di Kota Jambi terus dilakukan Pemkot Jambi, di bawah kepemimpinan Wali Kota Jambi, Syarif Fasha beserta Wakil Wali Kota Jambi, Maulana. Banyak cara yang dilakukan, agar Kota Jambi tidak terjadi inflasi cukup tinggi dan tentunya memberi dampak yang buruk bagi perekonomian masyarakat Kota Jambi.
Seperti kemarin, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha tampak melakukan panen cabai di lahan milik Kelompok Tani Sumber Makmur RT 29, Kelurahan Kenali Asam, Kecamatan Kotabaru. Ini sebagai tindaklanjut program “gerakan payo menaman cabai” yang digagas Walikota Jambi dua periode, Syarif Fasha.
Tanaman cabai itu memang digalakan untuk pengendalian inflasi di Kota Jambi.
Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengatakan, belakangan sinergitas bersama kelompok tani dan Forkopimda, Pemkot Jambi dapat mengatasi masalah inflasi, karena memang salah satu penyumbang inflasi terbesar di Kota Jambi adalah cabai.
Dijelaskan Fasha, cabai yang ditanam ini, sama seperti cabai yang dijual di pasaran dan sama seperti di pulau jawa. Panen ini juga dilakukan serentak di tiga kecamatan lainnya dalam Kota Jambi.
“Ini panen serentak di empat kecamatan. Seperti di Kotabaru, Telanaipura, Alambarajo dan Danau Teluk. Di Kotabaru ada 7 hektare, yang dipanen ada sekitar setengah hektare,” kata Fasha.
Jika diakumulasikan, sebut Fasha total cabai yang dipanen bisa mencapai 4 ton. Fasha berharap, Kota Jambi kedepan tidak lagi terindikasi untuk inflasi tinggi.
Pemkot Jambi kata dia, telah memonitor yang diprediksi akan meningkat dan menyumbang inflasi. Juga sudah menyiapkan strategi operasi pasar apabila terjadi kenaikan saat akhir tahun ini.
“Kami menginventaris jika ada lahan kosong akan ditanam cabai menggunakan peralatan dari pertanian dan juga meminta bantuan Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas untuk bersama-sama membantu petani menanam cabai. Bibit dan pupuk disiapkan,” tuturnya.
Untuk pengendalian inflasi, Pemkot Jambi juga memberikan bantuan kepada UMKM . Sudah lebih dari 300 UMKM semenjak awal inflasi di Kota Jambi tinggi.
Selain itu, Pemkot Jambi juga telah menyalurkan subsidi BBM kepada angkutan kota agar tidak menaikkan tarif angkutan.
“Sembako juga akan dilaksanakan operasi pasar,” pungkasnya.
Sebelumnya, inflasi Kota Jambi Bulan Maret alami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi dalam rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen bulan Maret, mencatat Kota Jambi mengalami deflasi “month to month” (mtm) yaitu Kota Jambi sebesar 0,16 persen.
Deflasi terjadi disebabkan oleh penurunan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok pengeluaran ini menyumbang andil terbesar dalam pembentukan deflasi Kota Jambi, dengan kontribusi sebesar 0,36 persen atau 0,11 persen dari total deflasi sebesar 0,16 persen.
Disusul oleh kelompok Perumahan, Air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,21 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,08 persen dan kelompok transportasi sebesar 0,35 persen. Meskipun angkanya kecil, kenaikan pada kelompok-kelompok ini tetap memiliki dampak yang penting.
Deflasi merupakan kondisi di mana harga-harga secara keseluruhan cenderung menurun, sehingga nilai uang mengalami kenaikan. Deflasi bisa memberikan efek positif bagi konsumen karena mampu meningkatkan daya beli uang. Namun deflasi bisa jadi pisau bermata dua, yang berarti bisa merugikan atau berdampak negatif, terutama dalam hal ini produsen barang atau penyedia jasa.
Deflasi yang terjadi secara tajam atau terus menerus bisa merugikan aktivitas jual beli. Penurunan harga barang dan jasa seringkali membuat produsen atau penyedia jasa mengalami kerugian karena penjualan tak mampu menutup biaya produksi maupun biaya operasional.
Jika deflasi semakin parah, tak jarang produsen atau penyedia jasa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi beban. Semakin tinggi deflasi, semakin tinggi pula potensi PHK tenaga kerja. Itu sebabnya, deflasi adalah seringkali dikaitkan dengan kondisi resesi. Deflasi seringkali terjadi saat kondisi perekonomian melesu. Roda perekonomian yang melambat terjadi karena permintaan atas konsumsi dan investasi yang anjlok. **
Discussion about this post