PILARJAMBI.COM, OPINI – Safrial dan Ratu Munawarah berebut dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Keduanya akan maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi 2020 ini. Ratu akan berpasangan dengan Cek Endra (CE). Safrial bersama petahana, Fachrori Umar.
Ratu bukan kader PDIP. Sementara Safrial, seperti kata orang dekat Safrial, Zulmi Erdi menyebut Safrial bukan lagi sekedar kader, tapi adalah tokoh partai (PDIP).
Lobi keras dilancarkan kubu Ratu untuk mendapat restu Megawati (DPP PDIP). Bagi Ratu, dukungan PDIP penting agar bisa bersama-sama Cek Endra dalam Pilgub Jambi ini. Sebab kursi PDIP akan akan menggenapkan 16 kursi dari syarat minimal 11 kursi bagi mereka, setelah CE katanya mendapat rekomendasi Partai Golkar.
Harapan Ratu jelas memang hanya PDIP, setelah PAN sepertinya mengirimkan sinyal buruk kepada dirinya; PAN tidak mendukung Ratu.
Arah angin untuk beberapa hari belakangan kemarin tampaknya memang berembus ke Ratu dan CE. Setelah pertemuan Bupati Sarolangun itu dengan Sekjen PDIP Hasto. Kemudian disusul kabar dihadirinya atau diselenggarakannya haul orangtua Ratu di Sukabumi oleh PDIP setempat.
Merasa posisinya teracam, Safrial tentu saja tak tinggal diam, dong. Kemarin lusa dia terbang ke Jakarta. Mungkin mau memastikan posisi dirinya. Bagi Safrial, suara PDIP juga sangat penting. Dia tidak mungkin akan bisa maju bersama Fachrori, jika tidak membawa PDIP.
Padahal sehari sebelumnya dia meradang. Sangat meradang. Dia ucak-ucak di media, dia bilang partai (PDIP) jangan sampai menjadikan uang sebagai pertimbangan untuk menentukan dukungan. Jangan melacurkan diri, katanya. Nah!
Kemarahan dan kecemasan Safrial jelas sangat beralasan. Sebagai kader (tokoh partai), dia merasa dirinya tidak memiliki posisi tawar di dalam partainya sendiri. Bagaimana tidak, Ketua DPD PDIP Provinsi Jambi Edi Purwanto pun, pun tampaknya tidak berpihak kepada dirinya.
Di banyak media, Edi Purwanto selalu buang omongan. Alih-alih membesarkan hati Safrial, sebagai seniornya, Edi justru bilang, keputusan siapa yang akan didukung oleh PDIP dalam Pilgub Jambi ini adalah keputusan pusat. DPP-PDIP, bisa saja mengusung “orang luar” untuk menjadi calon gubernur di Jambi ini.
Edi bahkan mencontohkan Pilgub Sumut tempo hari. PDIP mengusung Djarot Saiful Hidayat (bekas wakil Gubernur Jakarta) untuk maju di Sumut. Meski kita tahu, hasilnya berantakan. Apes!
Dan jika diteropong lebih dalam. Sikap Edi Purwanto terhadap Safrial khususnya, dapat dimaklumi. Bupati Tanjung Jabung Barat ini merupakan ancaman serius bagi kedudukannya sebagai ketua partai lima tahun ke depan. Apalagi jika misalnya, Safrial benar-benar bisa duduk di kursi wakil gubernur Jambi.
Sampai Senin 6 Juli 2020, belum ada kabar pasti siapa yang hoki mendapat dukungan PDIP. Kita tunggu saja.
Bara Api
Siapapun yang kelak mendapat dukungan PDIP dalam Pilgub Jambi, jelas tidak akan menguntungkan baginya. Situasi politik Nasional berpengaruh besar terhadap suara partai ini.
Bolehlah dibilang, dalam pilgub, pemilih tidak melihat partai, tapi figur yang mencalonkan diri. Tapi, para buzzer, para petualang politik dan kubu sebelah tentu saja tidak akan tinggal diam, kan?
Rekam PDIP sebagai pengusul RUU HIP yang disebut akan mempreteli Pancasila, jelas menjadi bahan gorengan gurih yang dipastikan menggerus suara partai ini. Gerakan ini, gerakan menolak RUU HIP ini, diprediksi juga akan terus terjadi sampai Pilpres 2024.
Dampaknya jelas akan dirasakan PDIP. Safrial tentu saja perlu kerja lebih keras lagi mendulang suara melalui PDIP.
Lain lagi jika dukungan diberikan kepada Ratu Munawarah. Ini lebih lacur lagi. Suara pemilih PDIP akan tepecah-pecah, dan lebih dari itu, bisa zonk alias kosong. Ratu Munawarah bisa jadi hanya akan membawa gerbong kosong.
Massa PDIP di Jambi, yang saat ini terkubu-kubu, jelas saja tidak akan tinggal diam dengan keputusan pusat ini. Harapan mereka terhadap kadernya sendiri pupus. Bagi mereka siapa itu Ratu Munawarah?
Bagi massa PDIP di Jambi, yang mereka tahu hanya ada dua kader terbaik mereka yang akan maju dalam Pilgub ini, Safrial dan Abdullah Sani. Nama terakhir ini, Ustad Abdullah Sani ini, lebih gawat lagi. Pamornya kuat. Aura positifnya sangat melekat. Meski berlayar tanpa PDIP sekalipun.
Penulis : Nurul Fahmy (Salah Satu Wartawan di Provinsi Jambi)
“Nurul Fahmy (Ketua IWO Provinsi Jambi)”
Discussion about this post