Oleh Wawan Novianto*
“Siapa yang menguasai jalanan, itulah yang menguasai negara” satu kutipan yang bisa direnungi oleh masyarakat Jambi.
Lihatlah keluar, di jalanan utama provinsi Jambi, siapa yang mengusasinya. Apakah pedagang kaki lima, atau mobil pengangkut produk pertanian atau pengangkut hasil tambang?
Ya, jalan saat ini lebih antri oleh mobil batu bara. Dari Sarolangun hingga Kota Jambi, mobil batu bara mengular. Tidak satu dua jadi korban, mulai siswa sekolah, mahasiswa hingga masyarakat umum.
Artinya, merekalah yang mengusai provinsi Jambi saat ini. Konglomerasi tambang yang menguasai Jambi saat ini.
Bahaya kah jika itu terus terjadi dalam jangka waktu lama ? jika semua sumber daya alam Jambi dikeruk hingga tak bersisa. sementara yang menikmati adalah para konglomerasi besar yang jumlahnya bisa dihitung jari.
Sementara itu, masyarakat masih disibukkan dengan rendahnya harga karet. Seolah tak pernah ada upaya untuk menyelamatkan ekonomi petani.
Pilkada dilangsungkan di provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jambi, jangan sampai menghasilkan konglomerasi baru atau membesarkan konglomerasi yang sudah ada.
Masyarakat harusnya bisa lebih cerdas memilih, siapa pemimpin yang lebih berpihak pada kepentingan petani dan kepentingan masyarakat rendah.
Banyak kandidat yang maju baik calon Gubernur maupun calon Bupati atau calon Walikota adalah politisi yang pernah atau sedang memimpin. Masyarakat harusnya bisa melihat trackrecord mereka, bagaimana kebijakan mereka selama memimpin, apakah pro rakyat atau malah pro konglomerasi tambang. Atau bahkan mereka terlibat dalam konglomersi tambang tersebut.
Konglomerasi itu tak pernah terdengar aktif dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Apalagi aktivitas sosial masyarakat.
Seberapa banyak konglomerasi di Provinsi Jambi, namun hingga saat ini tidak ada tim sepak bola yang dimiliki Jambi.
Lihat di provinsi lain, konglomerasi aktiv dalam pengembangan olah raga. Minimal menjadi sponsor tim bola kebanggaan masyarakat. Semen Padang di Sumbar, Sriwijaya FC di Sumsel dan lainnya.
Konglomerasi ingin terus melanggengkan usahanya, mereka juga masuk dalam ranah pemerintahan melalui politik praktis.
Semoga masyarakat bisa memilih calon pemimpin yang tidak memihak konglomerasi tersebut.
*)Penulis adalah Dosen IAIN Kerinci
Discussion about this post